Selasa, 27 Juli 2021

KOPI KENANGAN

 Puisi||Maria Makdalena


Malam ini

Ah, rindumu kian membuatku menjadi candu

seandainya rinduku menjadi rindumu

akan kuubah candumu dan kunikmati dalam seteguk kata-kataku

maukah dirimu berbagi sedikit kenikmatan dari secangkir rindu yang kau seduh saat ini?

dan perihal rindu, akanku bagi segala kerinduanku untukmu walau tak semanis belaian manjamu

ah, belaianku  tak lah manis ataupun hangat seperti rindu yang kau seduh untukku malam ini.

ah, kamu hanya perlu tidur dalam naungan imajinasiku untukmu janganlah risau karena aku akan selalu bermain dalam angan-anganmu.

imajinasimu memenjarakanku dengan cara elegan nan mempesona.

maka dari itu penjarakanlah relung hatimu kepada setiap kata-kataku yang terus memenjarakanmu.

sepertinya aku akan jatuh. apa yang membuat kamu jatuh hai relung hatiku?

bualanmu membuatku jatuh dan terseret arus ombak yang kau ciptakan dan sekarang aku pun hanyut dan tenggelam.

aku pun akan selalu ada walaupun hanyut dan tenggelammu akan menciptakan rasa kehilangan yang begitu pedih perih bagi hatiku.

namun akan kukenang senyuman manismu sebagai bagian dari hidupku.

rasa haru mulai menggelitik hatiku.

jangan haru hai pujaan hatiku karena ada senyumanmu yang menghiasi hari-hariku

biarkanlah malam ini yang menjadi saksi bahwa tidurmu dan tidurku akan menyatu dan bertemu dalam amin yang sama dan Biarkanlah senyum ini dibungkus rapih dalam benakmu kasihku.

   (2021)


Dan Jika

Jika kamu adalah bulan aku akan memetik bintang

untuk menemanimu di kala malam tak kujung surut.

dan jika kamu adalah sungai

bolehkah aku menjadi muara untuk tempatmu mengalirkan rindu di malam ini?

seperti aliran darah yang mengalir begitu sempurna pada nadi ini begitu juga rinduku padamu yang mengalir begitu sempurna tanpa henti.

jika kamu menghadirkan sungai

untuk bermuara aku akan menghadirkan jembatan untukmu dan untukku

agar kita bisa bertemu dan melepaskan rindu di kala rindu kita terpisah jarak dan waktu.

dan tentang jarak dan waktu yang kita lalui kini,

ah inginku berbisik kau seniman yang begitu hebat

kau pemahat yang begitu sempurna

yang berhasil mengukir rindu yang cantik di kala pekat malam menjemput.

perihal rindu memang tak pernah usai.

usia rindu memang tak terbatas

namun di kala risau terus menjelma  bagaikan hantu

aku pun akan menjelma bagaikan mimpi

yang akan selalu kau ingat dalam benakmu.

tahukah kau bahwa rindumu

sudah menjadi candu yang telah memabukkanku?

candumu telah mengajarkanku untuk kembali berharap kepada sang Khalik

untuk menyatukan kita di kala rindu kita tak kunjung kembali bersama rembulan malam.

andai malam menjadi kelam tak berbulan

masihkah ada rindu itu yang tersisa untukku darimu?

janganlah gelisah wahai jiwaku

karena rinduku telah tersimpan dan dibawa oleh angin sepoi-sepoi

untuk memberi sinyal bahwa rinduku masih kuat dan menjangkau dimana pun rindumu hendak berpijak

nyatanya, kau sedang tak ada disini kasihku

ruang dada ini mulai redup

cahaya asmara tak lagi berkobar

apinya mengecil.

apa mungkin rindu ini akan terus membuncah?

rasa rindu memang tak sama dan tak nyata saat ini.

namun jika rindumu kau ibaratkan dengan api

apa daya rinduku yang telah kau bakar bersama rasa gerammu?

rindumu telah membakar ragaku.

jika rindumu dibakar oleh api

aku ingin menjadi air untuk meredakan ganasnya api rindumu.

(2021)


Kopi Kenangan

Pas(kah?)

ni(kah?)

Oh ternyata masih ada rindu dan resah di dalam aroma kopi yang kau teguk pada cawan kehidupan ini.

aroma rindu dalam tiap tegukan selalu terasa

entah sampai kapan rasa ini harus tenggelam dalam hitamnya kopi pagi ini.

aromanya menguak sempurna

memenuhi ruang yang kau sebut memori.

ah, kenangan yang sudah kucairkan menjadi secangkir kopi hitam yang kau teguk saat ini. kenangan boleh saja tercuak dalam aroma kopi pagi ini

tetapi jangan juga rasa rinduku yang kau hitamkan dalam secangkir kopi.

lantas apakah yang harus kulakukan untuk secangkir kopi yang telah tersedia ini?

bukankah sama saja rasa yang telah tersimpan dalam cangkir ini mengandung kenangan yang telah kaurai  bersama waktu?

(2021)

-----------------------------------------------------------------

Biodata: Maria Makdalena adalah putri asal Kabupaten Sikka yang kini sedang menuntut Ilmu di Unipa jurusan Psikologi.





Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments


EmoticonEmoticon