Sabtu, 27 Maret 2021

SILUET_NOVI RAHAYU

SILUET

(Ilustrasi:Kelas Puisi Alit) 

Dalam malam yang dingin itu dia memutuskan untuk mengambil kanfasnya dan beberapa peralatan lain untuk melukis, Layla memulai melukis dalam kegelapan.

Oleh: Novi Rahayu 

Malam itu udara sangat dingin dan gelap, angin seperti menusuk-nusuk dalam tulang sum-sum entah apa yang membuatnya tetap dalam terjaga, dan hanya memandangi langit-langit kamarnya yang sama sekali gelap, bukan tanpa alasan dia melakukan hal tersebut. Baginya selalu ada hal yang menarik di sana. Dalam kegelapan itu, seolah ada medan mahnet yang menariknya untuk masuk ke dalam dan semakin dalam dia merasa seperti ada dunia di dalam dunianya ,, bagi orang lain mungkin ini adalah suatu kegilaan tapi bagi dia hal ini adalah kedamaian. Malam yang dingin itu baginya adalah kesejukan sementara gelap yang pekat itu tidak berarti apa-apa untuknya.

Matanyaa terpejam tapi telinganya terjaga, mendengar desiran suara angin yang menjadi irama seperti sebuah siulan dan terus bernada.  Hal itu yang seolah menjadi lagu tidurnya. mungkin saja kalian mulai bertanya-tanya siapa dia apakah dia hanya seorang diri hidup di dunia, atau apakah pekerjaan sehari-harinya??

Dia adalah nur layla tidak seperti namanya Nur Layla (cahaya malam), dia justru lebih menyukai kegelapan, pekat dan hening. Dia hanya hidup sendiri di rumah sederhana miliknya yang sekaligus sebagai galeri miliknya, pekerjaanya adalah sebagai seorang seniman, dia melukis tentang keindahan alam, dan dia juga sudah mengadakan beberapa pameran besar untuk lukisanya. Saat melukis dia sering terhanyut dalam lukisanya sendiri dan hal itu membuat lukisanya tampak begitu hidup,  dia enggan untuk menarik diri dari dalam sana. Sungguh karya seni yang luarbiasa.

Layla juga selalu melukis sosok siluet dalam setiap lukisannya, menariknya bahwa tidak semua orang dapat melihat hal tersebut hanya orang-orang yang memahami tentang bagaimana seni melukis yang dapat melihat hal itu, layla seolah ingin menyembunyikanya hanya untuk dirinya sendiri. 

Dalam malam yang dingin itu dia memutuskan untuk mengambil kanfasnya dan beberapa peralatan lain untuk melukis, Layla memulai melukis dalam kegelapan. Cahaya remang-remang dari rembulan yang mencuri-curi masuk melewati tralis jendela kamarny dan jendela kaca yang di biarkanya tanpa kordeng.

Tanpa sengaja kembali dia melukis sosok siluet dia seperti masuk ke dalam lukisanya,  seperti sedang melukis dirinya sendri, dalam lukisan itu sesosok lelaki duduk di tepi ranjang dalam diam dia seolah menatap perempuanya yang sedang tertidur lelap, terlihat sangat damai, dan seolah tersenyum karena mimpi idah.

Dipandanginya hasil lukisan itu, kemudian tanpa terasa dan tanpa permisi buliran bening itu mengalir dari sela-sela kelopak matanya yang teduh, entah apa yang dia fikirkn saat itu. Kemudian dilemparkanya lukisan itu, raut mukanya tak terbaca hanya kosong, tak merasa puas karena dia masih dapat melihat lukisanya, kemudia di taruhnya lukisan itu ke dalam laci meja. Kemudian diambilnya lagi sebuah kanfas layla pun memulai kembali lukisanya secara acak menggoreskan kuas dalam kanfas, dengan nafas terengah-engah di selesaikanya lukisan itu. Sepertinya mustahil tapi inilah yang terjadi layla melukiskan yang yang sama meskipun dia sudah mencoba untuk melukis hal lain.

Layla melemparkan kembali lukisan itu dan memulai untuk melukis lagi, tapi semakin dia berusaha untuk melukis hal lain semakin bayangan lukisan tentang sosok siluet semakin tidak dapat menghilang dari kepalanya. Beberapa kali dia mencoba melukis tetap saja hasil lukisanya sama dengan apa yang dia lukiskan tadi.

Layla dengan berputus asa mengambil kanfas terahirnya,, dan memulai untuk menggoreskan kuas dengan perasaan yang campur aduk, bahkan dia menutup matanya, secara acak menggoreskan kuas diatas kanfas, tubuhnya pun ikut gemetar, air mata itu terus saja mengalir. Dan saat dia membuka matanya, lukisan yang sama seperti yang dilukisnya tadi, kali ini dia benar-benar sangat jengah, kemudian dengan kasar dia membanting  tubuhnya ke ranjang.

Air matanya masih membasahi pipi, dan dia tertidur dengan lelap, terlihat sangat damai seperti tersenyum. Seperti sebuah mimpi ketika sesosok laki-laki tiba-tiba duduk di tepi ranjangnya dan memandanginya dengan tatapan hangat, mimpiyang terasa sangat nyata batin layla. Jika benar ini mimpi Layla akan dengan senang hati berlama-lama di sana. Kemudian tiba-tiba seolah ada yang mengembalikan kesadaraya, dan laki-laki itu masih di sana.

“Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa berada di sini, dikamarku.?”

“Kamu yang sudah mendatangkan ku kemari” jawab lelaki itu

“Itu tidak mungkin” layla merasa bingung 

“Aku adalah dia yang selalu hadir dalam lukisanmu’ jawab lelaki itu lagi

“Itu mustahil” Layla semakin tidak percaya “Aku tau aku hanya sedang bermimpi dan kamu akan segera menghilang saat aku bangun” 

Kemudian Layla memejamkan matanya untuk beberapa saat dan taklama setelah itu, Layla membuka  matanya lagi dan lelaki itu masih tetap berada disana, duduk di sudut tempat tidurnya 

“Sudah ku katakan bahwa kamu tidak sedang bermimpi, Nur Layla”**

______________________

Novi Rahayu, lahir di Bengkulu, 27 November 1996. Ia adalah seorang sarjana lulusan universitas Muhammadiyah Magelang. Buku novelnya akan segera terbit " Kekasih Astral".

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments


EmoticonEmoticon