Minggu, 13 Februari 2022

DI MANA MAMA? || RISKA WIDIANA

  DI MANA MAMA?

Gambar: Pixabay.com

      Fahrian termenung di depan teman-temannya saat ditanya beberapa kali oleh gurunya. Bu Elfina, mengenai perwakilan orang tua yang bakal hadir untuk acara kelulusan mereka besok. Jika tidak seorang Ayah, setidaknya ada seorang Ibu yang akan mewakilkan. Namun Fahrian tetap bingung memikirkan siapa yang harus ia tentukan. Si Ayah tentu tidak mungkin. Sudah 4 tahun ia tinggal bersama neneknya tanpa orang tua.

        Ibu kandung Fahrian bercerai dengan Ayahnya, kemudian memilih pergi setelah usia Fahrian 3 bulan, lalu menikah kembali dengan lelaki lain. Sekarang entah di mana kabar ibu kandungnya itu, sebab tidak pernah setitik terang pun terjelaskan atau ditemukan. Fahrian akhirnya tinggal bersama neneknya yang sudah tua, beserta ibu tiri dan Ayah kandungnya.  Sedangkan biaya hidup Fahrian dipenuhi oleh adik Ayahnya yang kini tinggal di Jakarta menetap bersama suaminya, Naisa rutin mengirimkan uang kepada ibunya setiap bulan demi memenuhi kebutuhan Fahrian. Setelah ia menginjak kelas 4 sekolah dasar, sang Ayah memutuskan pergi ke Medan beserta istrinya, dengan alasan usaha istrinya yang begitu besar tidak mungkin diabaikan. Mereka berjanji akan sering mengunjungi Fahrian bahkan mengirimkan uang, seperti yang Naisa lakukan. Akan tetapi manusia hanyalah manusia, janji itu ditelan pahit oleh Bu Juriah dan Fahrian, mereka tetap mengandalkan biaya Naisa di Jakarta untuk kebutuhan hidup. 4 tahun sudah, setitik kabar pun nihil dari Ayah Fahrian dan istri barunya. Karena nihil oleh kabar tersebut, Bu Juriah memutuskan berhenti untuk mencari kabar itu. Jadilah Fahrian hidup berdua dengan neneknya dengan mengandalkan biaya dari anak bungsu Bu Juriah, Naisa.

         Kembali kepada Fahrian yang berdiri tanpa menjawab pertanyaan Bu Elfina, sebagai wali kelas tetap menunggu jawaban dari Fahrian, teman-temannya juga menunggu. Sejenak ia masih berpikir siapa yang ia sebut sebagai orang tua untuk mewakili. Akan tetapi ia segera menjawab.

“Sepertinya yang akan mewakili Fahrian besok, bukanlah orang tua saya bu. Melainkan nenek saya. Apa boleh?”

Dengan polos ia bertanya. Bu Elfina tersenyum, kemudian mengangguk dengan senyuman manis. Sedangkan matanya menghangat, perlahan butiran air mata mengalir membasahi pipinya. Bagaimana tidak, semua teman-teman Fahrian akan diwakili oleh orang tua mereka. Sedangkan Fahrian sendiri hanya bisa mengandalkan neneknya yang sudah tua dan bungkuk untuk mewakilinya besok.

“Besok bukan hanya nenek Fahrian saja yang akan jadi perwakilan, ibu juga akan menjadi wali kamu sebagai orang tua.”

Fahrian tersenyum dengan bahagia. Sedangkan Bu Elfina memeluk Fahrian dengan perasaan sedih teramat dalam juga penyesalan yang telah ia lakukan dua belas tahun silam.

 

Riau, 2022

____________________________________________

 Biodata 

Penulis

Riska Widiana, berdomisili di Riau. Aktif menulis sejak 2020. Tergabung ke dalam komunitas menulis yaitu (kepul) kelas puisi alit dan kelas menulis bagi pemula. Alamat Facebook Riska widiana dan instagram riskwidiana97        

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments


EmoticonEmoticon