Sabtu, 06 November 2021

First Love in Senior High School

 


Di awal pertengahan bulan Juli 2015, aku masuk di sebuah sekolah swasta yang terkenal di kotaku. Tempat yang menjadi awal pertemuanku dengannya. Tempat yang menjadi saksi bisu atas semua kata dan kisah yang kami rangkai bersama. Awalnya aku selalu berusaha menyembunyikan rasa yang selalu melonjak dalam hatiku saat ku beradu pandang dengannya. Terkadang ada secuil keberanian yang mucul untuk menyampaikan rasa ini namun itu tak pernah kulakukan.  

Kedekatanku dengan seorang cowok yang adalah kakak kelasku sendiri, ternyata telah menyita perhatianku. Di sekolahku ia terkenal sebagai cowok cuek yang anti cewek, dan aku hanyalah siswa baru di sekolah yang berani menyimpan rasa padanya. Namanya Alvaro Bagaskara Putra. Dia mampu membuat siapa saja jatuh hati pada senyumnya Bagiku senyumannya adalah sebuah candu.

 Tetapi tidak dengan sahabatku Aura, ia selalu saja berkata "Yang benar ajah kamu Alana, masa mau sama cowok dingin seperti dia? Kayanya dia punya banyak cewe,deh. Memang cinta kadang bikin bodoh." Namun aku sama sekali tidak menghiraukan perkataan aura, aku selalu mengganggap Alvaro adalah yang terbaik.

Suatu pagi 20 Juli 2015, langit memancarkan kecerahannya seperti ikut merasakan kegembiraan hatiku. Dengan menenteng tas kecil berwarna hitam di punggungku, aku berjalan menuju sekolahku ditemani suasana kota yang mulai terlihat ramai. Kuputar sebuah musik favoritku melalui headshet yang terpasang di telingaku. Pagi itu rasanya begitu damai dengan alunan musik yang membawaku menuju kehangatan. 

Dengan segera, aku berjalan memasuki sekolahku, melewati gerbang besi yang sudah mulai karat termakan usia. Dan tiba-tiba......... "Eh,astaga kamu kalau jalan lihat-lihat dong, hampir saja kamu ketabrak." Itulah kalimat pertama yang kudengar dari mulut Alfaro. "Aduh maaf yah kak, tadi aku sedikit melamun.” kataku kepada Alvaro. ”Iyah lain kali kamu harus lebih berhati-hati.” kata Alvaro kepadaku. Dengan sedikit tergesa-gesa karena jantung yang hampir copot, aku segera beranjak ke dalam ruang kelasku melewati koridor sekolah yang sudah ramai. 


Baca juga: Akhir Malam


Selepas pulang Sekolah, seperti biasanya aku duduk di pos satpam dengan kondisi yang urak-urakan karena tak kuasa menahan teriknya matahari siang itu. Terasa seperti mimpi kulihat Alvaro berjalan menuju ke arahku sambil memegang helm di sebelah kanan tangannya. "Pulang sama siapa?" Tanya Alvaro padaku. "Belum tau ni kak.” Jawabku. "Aku anterin pulang yah!" “Memangnya tidak merepotkan yah, kak?” Kataku Kepada Alvaro. "Tidak kok, anggap saja ini permintaan maaf ku karena pagi tadi hampir menabrak kamu.” Katanya sambil menyerahkan helmnya untuk kupakai.

Aku yang tadinya terlihat urakan, kini kegirangan mengikuti Alvaro yang berjalan menuju parkiran sekolah untuk mengambil motornya. Dengan perasaan yang berbunga-bunga aku menaiki motornya dan langsung memeluknya agar tak jatuh ketika di jalan. Dan siang itu,kami keluar dari sekolahan melewati banyak siswa di sekolahku. Banyak mata yang tertuju pada kami, namun aku tidak memperdulikan itu.

Keringat mulai jatuh membasahi pipiku, aku kepanasan dan memang matahari siang ini sangat terik. Alvaro yang mungkin melihat ekspresi wajahku dari spion motornya, seketika langsung menepi ke pinggrir jalanan. "kita minum es buah dulu yah,kayaknya kamu kepanasan." Kata Alvaro kepadaku. “Boleh tuh kak.” Dengan segera,kami langsung membeli es buah yang dijajakan oleh seorang pria paruh baya yang berdiri di sudut jalanan itu. Aku dengan cepatnya melahap minuman itu. "Pelan-pelan nanti keselek",kata Alvaro. "Eh, iya maaf kak. Soalnya panas banget." Setelah selesai minum kami pu melanjutkan perjalanan.

"Eh kita belum kenalan nih." Kata Alvaro Padaku. “Nama aku Alana, kelas X Mia 3 kak” Jawabku. “Oh Alana, anak IPA juga yah. Pasti kamu pintar?” 

“Tapi nggak sepintar ka Alvaro” Yah, kak Alvaro memang terkenal di sekolah dengan kepintarannya. “Eh, ngomong-ngomong rumah kamu dimana?” Pertanyaan kak Alvaro menyadarkanku dari lamunanku, "Jalan melati,gang 10 kak.” Jawabku. “oh udah dekat ni,” Setibanya di depan rumah, terlihat ibuku yang sedang duduk di teras rumah sambil minum secangkir teh. Makasih yah kak udah nganterin aku pulang. Hati-hati di jalan ya.” 

Dengan segera aku berlari menuju rumah, mengucap salam pada ibuku dan segera berlari menuju kamar dengan wajah riang. Terlihat ibuku yang tampak kebingungan meilhat tingkahku. Aku terus membayangkan momen indah tadi. Rasanya seperti mimpi. Dan sejak saat itu, hubunganku dan Alvaro semakin dekat, bukan hanya karena kami satu sekolahan, tetapi Alvaro yang berusaha mendekati dan meminta nomor handphoneku kepada sahabatku.


Hingga pada suatu hari aku dan Alvaro kembali bertemu dalam suatu kegiatan yang diadakan oleh sekolahku. Alvaro adalah anggota OSIS di sekolahku dan aku dipilih sebagai perwakilan kelas untuk mengikuti kegiatan itu. “Eh,Alana kamu ikut kegiatan juga yah.” Kata Alvaro padaku. "Iyah kak, tapi aku baru pertama kalinya mengikuti kegiatan ini aku sedikit bingung.” Jawabku. “Kamu tenang saja, ada aku.” Sebuah jawaban yang membuatku tak mampu menahan senyuman kebahagiaanku.

Sebelum dimulainya kegiatan, kami semua berkumpul di lapangan sekolah. Bersiap untuk perjalanan menuju museum. Semua anggota menaiki bis bersama pembimbing. Satu persatu siswa masuk dan mengambil tempat dan aku memilih duduk di bagian pojok belakang. Tiba-tiba Alvaro masuk dan duduk tepat di sampingku. Rasanya jantungku hampir copot. “Aku duduk di samping kamu, bisa gak?”Tanya Alvaro. “Bisa, kak.” Sepanjang perjalanan entah mengapa aku merasa teramat nyaman duduk di sampingnya. Tanpa sadar sesekali aku menyandarkan kepalaku kepada bahu alvaro dan Alvaro sama sekali tidak marah atau kesal terhadapku. Sepertinya dia ingin selalu memberikan tempat ternyaman bagiku. Dalam hati aku sangat bersyukur dapat mengikuti kegiatan yang membuat hubunganku dan Alvaro semakin dapat. 

Kami pun tiba di museum dan melanjutkan kegiatan kami hari itu. Tepat pukul 15.00 kegiatan kami berakhir. Dan di bis aku kembali duduk di samping Alvaro. Selama perjalanan pulang aku tidur karena begitu lelah. Sejak saat itu pandanganku terhadap Alvaro berubah. Alvaro bukan lagi seorang cowok cuek, lebih tepatnya ia adalah seorang cowok romantis yang selalu memberi banyak perhatian. Hanya saja semua orang menganggap berbeda karena belum mengenalnya. 

Keesokan harinya di sekolahan ketika jam istirahat, aku duduk di ruang kelasku sambil memakan cemilan favoritku. Tiba-tiba dari arah jendela kulihat banyak teman-teman di sekolahan dengan cepatnya berlari kearah ruangan belakang sekolahku. Segera aku pun mengikuti mereka untuk menjawab rasa penasaranku. Ternyata Alvaro terlibat perkelahian dengan dengan Alex. Cowok yang berusaha mendekatiku, namun aku tidak pernah menghiraukannya. Aku tidak tahu masalahnya apa sampai mereka berkelahi namun aku in gin tidak ingin perkelahian itu terus berlanjut. Aku tidak ingin melihat Alvaro terluka. Dengan segera aku memegang tangan Alvaro daqn membawanya ke ruangan UKS. Kuambil kotak P3k lalu mengobati wajah Alvaro. 


“Awww, pelan-pelann dong ngobatinnya, sakit ni.” Kata Alvaro kepadaku.”Kenapa sih harus berantem? Kalau ada masalah kan bisa diomongin baik-baik, gak harus berantem.” Kataku dengan sedikit kesal. “Dia yang mulai duluan Alana, aku hanya berusaha untuk membela diri. Dia mengancamku agar tidak mendekati kamu lagi.” Astaga, ternyata itu penyebabnya. “Aku gak ada hubungan apa-apa sam dia, kak. Jadi gak usah hiraukan perkataannya yang gak masuk akal.” Kataku pada Alvaro sambil tersenyum. “Makasih yah udah ngobatin aku.” Kata Alvaro.

***

Malam itu selesai belajarku, terdengar motif yang masuk di handphoneku. Ternyata ada chat masuk dari Alvaro, mengajakku untuk bertemu di rooftop sekolah saat jam bel istirahat besok. Aku merasa terkejut dan mulai bertanya-tanya mengapa Alvaro mengajakku untuk bertemu. Apakah dia menyukaiku dan hendak menyatakan cinta padaku? 

Keesokan harinya di sekolah saat jam istirahat, semua siswa terlihat memiliki kesibukan sekolahku masing-masing. Aku Segera berjalan menaiki anak tangga agar dapat mencapai rooftop. Ketika aku menginjakan kaki terlihat secarik kertas warna-warni yang dihiasi dengantulisan yang indah, yang bertuliskannn.

“Disini, di tempat ini hanya ada aku dan kamu. Aku menganggapmu sebagai wanita terbaik dalam hidupku. Aku ingin mengungkapkan sebuah rasa yang mungkin bermetamorfosis seperti kupu-kupu, membutuhkan penantian panjang agar semua tampak lebih indah.. Aku mencintaimu, mencintaimu sampai hari hujan menjadi cerah, sampai salju terakhir, sampai raga tak lagi diberi hak untuk berada di bumi. Terimakasih selalu ada dan membuatku merasa ada. Aku mencintaimu dengan sangat.___ Bumi 2015,Alvaro Bagaskara Putra”.

Selesaiku membaca surat itu, setetes air mata jatuh dan membasahi pipiku. Aku tak kuasa menahan tangis. Ini kali pertama aku menyadari bahwa aku dicintai seorang dengan teramat dalam. Dan terlihat dari balik gedung itu, seorang cowok berdiri di hadapanku. Dia adalah Alvaro. Ia berjalan menuju ke arahku. “Kamu mau kan jadi pacarku?” Sejenak aku terdiam dan terpaku. Namun dengan cepat aku kembali tersadar dan menjawabnya tanpa sedikit pun keraguan, “Iya, aku mau jadi pacar kamu.” Hari ini terasa begitu indah. “Makasih yah udah mau nerima aku. Aku janji akan selalu menjaga kamu.” kata Alvaro kepadaku sambil memasangkan sebuah kalung berlambang bintang di leherku.

"Kalung ini berbentuk bintang dan aku ingin kamu selalu menjadi bintang dihatiku yang selalu menerangi tiap malamku.” 

Hari itu, 28 September 2015, aku merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia. Aku merasa beruntung karena dicintai seseoran dengan begitu tulus. Tepat hari itu aku pertama kalinya berpacaran dan langit dia adalah cinta pertamaku dan pacar pertamaku.

Setelah hari itu, aku dan Alvaro kemudian menjali kisah bersama. Menjadikan setiap hari di sekolah sebagai kenangan indah yang akan tetap ada. Dua tahun lamanya kami menjalin hubungan dan Alvaro tetap menjadi sosok pria yang pertama kali aku kenal. Alvaro adalah satu-satunya orang yang selalu bersamaku, menemaniku untuk menjalani hariku yang tak selamanya indah. Dia selalu menjadi orang pertama yang ada saat aku sedih. Dimana pun dan kapan pun aku membutuhkannya dia selalu ada.

Setelah dua tahun lamanya, Alvaro harus pergi dari sisiku Rasanya berat untuk merelakan. Dia sudah tamat SMA dan akan melanjutkan kuliahnya di Australia. Aku sangat menyayangkan karena pada akhirnya aku dan Alvaro harus berpisah, Dan ia memilih untuk memutuskan hubungan kami, melupakan semua kenangan bersama dan kemudian pergi memulai kehidupannya yang baru. Jujur aku sangat kecewa dan begitu rapuh atas kepergian Alvaro, tetapi mungkin itu adalah keputusan yang terbaik untuk kami berdua. Semua mungkin hanya perkara merelakan dan aku hanya perlu berusaha untuk meyankinkan diri bahwa pertemuan dan perpisahan kami adalah bagian dari cerita hidupku. Aku tak pernah menyesali semuanya, 

Masa SMA adalah masa terbaik dalam hidupku. Aku bahagia bisa bertemu dengan Alvaro, meski kini aku kembali menjalani hariku sendiri tanpanya. Selalu ditemani kesepian yang tak kunjung usai. Semua kenangan kami di masa SMA mungkin akan selamanya terkenang oleh semesta dan sekolahku akan tetap menjadi saksi bisu atas segala kisah kami. Tentang pertemuan yang telah memberi banyak kenangan. 

Dia selalu menjadi sosok yang kucintai. Meski dia meninggalkanku dalam luka dan kesepian yang tak berujung, namun aku tak pernah membencinya. Dia pernah menghiasi hari-hariku dengan kebahagiaan. Dia menunjukan padaku apa itu bahagia dan apa itu cinta. Aku kan terus mengenangnya dan berharap suatu saat dia akan kembali padaku dan melanjutkan kisah kami yang sempat terhenti.


_Selesai_


_______________________________


Ayunita Florencita D Kuky, Siswi SMK Jhon Paul Maumere.


Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments


EmoticonEmoticon