Ilhamsadli.com,- Pernah gak sih kita kepikiran bahwa Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam, budaya hingga keberagamannya. Bahkan bisa dibilang hampir setiap suku di Indonesia memiliki ciri khasnya masing-masing, mulai dari pakaian adat, rumah adat, adat istiadat, bahasa hingga aksara yang digunakan. Untuk anak 90an ke bawah pasti pernah merasakan bagaimana sulitnya belajar bahasa daerah sekaligus menuliskannya dalam aksara daerah. Diantara yang paling unik adalah ketika ada beberapa kosa kata yang agak susah untuk ditulisakan dalam aksara latin.
Saya yang asli suku sasak kadang masih suka bingung apa bedanya aksara sasak dengan aksara jawa, karena bentuk dan rupanya hampir sama. Tetapi jika diperhatikan secara detail memang ada sedikit perbedaannya. Eh tapi bukan itu yang akan kita bahas, karena kita akan bahasa mengenai aksara yang secara meluas dan tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Jika dilihat kembali berdasarkan fakta dan data, ternyata Indonesia memiliki sekitar kurang lebih 700 bahasa daerah.
Jika dalam pepatah sasak “lain jaje lain base” yang artinya adalah berbeda jajan berbeda bahasa dan bisa dimaknai sebagai beda desa sudah beda bahasa dan logat yang digunakan. Sangat disayangkan tentunya dengan kekayaan budaya ini jika tidak kita naikan menjadi sebuah ciri khas dari Nusantara. Pastinya akan menjadi sorotan dunia ketika lokalitas diangkat, dan bisa jadi malah mendapatkan rekor muri nantinya.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak aksara yang masuk, misalnya saja aksara Arab, aksara Korea, Jepang, dan China, dan bahkan Thailand. Tapi yang paling sering kita temukan adalah aksara latin dan sering digunakan oleh banyak pihak.
Digitalisasi Aksara Nusantara Bersama @Merajut_Indonesia
Karena perkembangan zaman dan perubahan kebiasaan, perlahan kebudayaan dan adat yang dulunya dirawat dan diperjuangkan mulai memudar, bahkan hampir punah. Yang paling dekat adalah aksara Jawa dan Sunda, perlahan hanya beberapa golongan yang menggunakan serta melestarikannya.
Tahun 2022 akan menjadi sebuah langkah besar untuk kita mulai menggaungkan kembali yang namanya asksara Nusantara. Dan masyaAllah kemarin tanggal 30 Desember 2021 ada sahabat saya yang mengabarkan mengenai gerakan baru, yakni gerakan melestarikan aksara Nusantara di bawah @merajut_indonesia. Awalnya saya kira akan ada live streaming di Youtube, ternyata semuanya terangkum di live Instagramnya @merajut_indonesia dengan menghadirkan Ilham Nurwansyah selaku penggerak Aksara Digital dan mbak Ratih Ayu dari Divisi Pengembangan Usaha dan Kerjasama PANDI.
sumber: merajutindonesia.id |
For Your Information, PANDI adalah sebuah badan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia, yang ternyata juga memrakarsai Komunikasi Digital para pegiat Aksara Nusantara. Pada sesi diskusi kemarin, ternyata banyak juga yang tertarik untuk menyimak diskusi itu, terlebih lagi memang kebetulan acaranya dipandu oleh the Evi Sri Rezeki. Diskusi berlangsung selama satu jam dengan topik yang tidak membosankan untuk disimak, untuk yang penasaran bisa langsung cek videonya di akun @merajut_indonesia.
Jadi ini adalah sebuah gerakan sekaligus gebrakan besar untuk Nusantara dengan menjalankan Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan).
Aksara Nusantara Sebagai Sebuah Identitas
Gerakan yang dilakukan oleh para pegiat aksara ini tenunya tidak hanya di sini saja, karena jika dirunut kembali dari awal, sebenarnya ini adalah rangkaian panjang. Ya, sebuah rangkaian panjang yang pada akhirnya berada di puncak semkain menemukan titik terang di tahun ini. Aksara-aksara Nusantara dengan keberagamannya ini tentunya menjadi sebuah identitas khusus yang secara tidak langsung nanti akan merangkul bagaimana sebuah budaya berkembang hingga adat dan istiadat setempat.
ilustrasi tata letak papan ketik yang akan distandarkan. (MIMDAN) | sumber: merajutindonesia.id |
Pada bulan Juni 2020 PANDI secara resmi sudah mengirimkan pengajuan pendaftaran aksara Jawa sebagai IDN untuk ccTLD. IDN ini merupakan kependekan dari International Domain Name yang jika dimaknai secara sederhana merupakan standar pemberian nama domain international untuk aksara non-latin. Karena melihat peluang besar inilah, kemudian PANDI melakukan serangkaian upaya untuk mendaftarakan aksara Nusantara menuju digitalisasi Nusantara yang di mulai tanggal 10 Juni 2020 tadi.
Pendaftaran aksara Jawa sebagai IDN untuk ccTLD ini kepada ICANN melalui jalur cepat dan pastinya dengan dilengkapi beberapa dokumen tambahan juga. Kemudian pada tanggal 12 Juni 2020 ICANN (Pitian –IDN ccTLD Fast Track Team) secara resmi telah menerima dokumen permohonan pengajuan dari PANDI. Kemudian di tanggal 16 Juni 2020 diberikan keterangan evaluasi awal terhadap permohonan tersebut oleh ICANN dengan poin-poin yang penting untuk diperhatikan.
Setelah proses yang panjang hingga di tanggal 10 Desember 2020 inilah kemudian ICANN memberikan hasil evaluasi IDN ccTLD aksara Jawa dengan dinyatakan ditolak dengan beberapa alasan teknis. Namun perjuangan teman-teman di PANDI tidak berhenti sampai di situ, karena di awal tahun 2021 kembali memperbaiki apa yang perlu diperbaiki sampai pada akhirnya peluang untuk kembali melakukan pengajuan bisa dilakukan.
Ada dua kesimpulan yang didapatkan jika dirunut berdasarkan kronologi ini, diantaranya adalah IDN aksara Nusantara belum bisa dilanjutkan selama syarat mendasar belum terpenuhi karena kemungkinan tertolaknya akan ada. Selain itu memang diperlukan updaya strategis, terstruktur serta masif sebagai langkah pembuktian bahwa aksara Jawa benar-benar memenuhi kriteria.
Perjuangan dari teman-teman PANDI ini adalah langkah strategis untuk mempertahankan serta melestarikan aksara Nusantara yang nantinya akan perlahan dilegalkan sehingga bisa digunakan. Jadi kebayang kan bagaimana ketika domain miliki kita menggunakan aksara Nusantara? Ya, kita semua menantikan hal itu. Tapi ingat, perjuangan dari teman-teman PANDI ini tidak akan bisa berhasil jika kita sendiri tidak memberikan bantuan serta dukungan, minimal dukungan doa.
So, MARI BERSAMA KITA LESTARIKAN AKSARA NUSANTARA MENJADI SEBUAH IDENTITAS PENTING DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI BERNAMA DIGITALISASI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar